Halaman
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
211
PENDAHULUAN
Walau telah mendeklarasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, berbagai
tantangan masih harus dihadapi Indonesia. Maklum, saat itu usia negara kita
masih sangat muda. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah pem-
bentukan negara boneka di Irian Barat oleh Belanda.
Berbagai upaya pun dilakukan pemerintah Indonesia agar Belanda melepaskan Irian
Barat. Upaya dilakukan secara diplomatis melalui Persatuan Bangsa-bangsa
(PBB), maupun upaya militeristik melalui Komando Mandala.
Selain tantangan dari luar, berbagai kerikil tajam dari dalam negeri pun menyambut.
Berbagai pihak masih meragukan negara Indonesia serta Pancasila. Sebut saja
pemberontakan DI/TII yang mengidamkan negara berasaskan Islam. Juga Partai
Komunis Indonesia yang menyodorkan konsep Nasakom.
Perlahan tetapi pasti, semua tantangan tersebut berhasil dilewati oleh negeri kita.
Indonesia pun semakin lama semakin dewasa.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
212
Perjuangan
Merebut Kembali
Irian Barat
Usaha
Mempertahan-
kan Republik
Indonesia
¦¦
¦¦
¦
Penyerahan kekuasaan
dari PBB ke Indonesia
XX
XX
X
Bidang diplomasi
XX
XX
X
Kekuatan militer
XX
XX
X
XX
XX
X
Pelaksanaan konfrontasi
Irian Barat
Pemberontakan DI/TII
Pemberontakan PKI di
Madiun
XX
XX
X
XX
XX
X
Peristiwa Gerakan 30
September 1965/PKI
XX
XX
X
Berbagai Peristiwa
Pemberontakan
¦¦
¦¦
¦
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
213
Pada pelajaran sebelumnya, kita sudah melihat
bahwa pembebasan Irian Barat adalah salah satu
program Kabinet Karya. Kabinet Karya dibentuk
pada tanggal 9 Juli 1959. Pembebasan Irian Barat
ditempuh pertama-tama melalui jalan diplomasi.
Untuk itu diadakan pembicaraan bilateral antara
Belanda dan Indonesia. Selain itu, penyelesaian ma-
salah Irian Barat juga melibatkan pihak lain, yaitu
PBB. Pada kenyataannya jalan diplomasi kurang
efektif dan tidak memberikan hasil yang menggem-
birakan bagi Indonesia. Oleh karena itu, proses pe-
ngembalian Irian Barat ditempuh melalui gerakan
bersenjata atau konfrontasi.
6.1.1 Perjuangan Melalui
Jalan Diplomasi
Jalan diplomasi yang ditempuh pemerintah In-
donesia merupakan langkah awal dalam rangka
pengembalian Irian Barat. Dalam Konferensi Meja
Bundar (KMB) sebenarnya telah dinyatakan bah-
wa Kerajaan Belanda akan menyerahkan kedaulat-
an wilayah Irian Barat kepada Republik Indonesia
Serikat dengan tidak bersyarat dan tidak dapat
dicabut.
Karena Belanda tidak memathi isi KMB, maka
pada tahun 1954 pemerintah Indonesia membawa
masalah Irian Barat dalam sidang Majelis Umum
PBB. Persoalan Irian Barat berulang kali dimasuk-
kan ke dalam agenda Sidang Majelis Umum PBB,
tatapi tidak memperoleh tanggapan yang positif.
Pada tahun 1957, menteri luar negeri Republik
Indonesia berpidato di depan Sidang Majelis Umum
PBB. Isi pidatonya antara lain menyatakan bahwa
mengenai Irian Barat pemerintah Indonesia akan
menempuh cara lain setelah cara diplomasi tidak
berhasil menyelesaikannya. Nada keras yang di-
lontarkan Menteri Luar Negeri Indonesia tersebut
tidak mampu mengubah pendirian negara-negara
Gambar 6.1.1
Rapat umum di Jakarta pada tanggal 18 November 1957
untuk mendukung pembebasan Irian Barat.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Silas Papare
Pahlawan Nasional dari Irian Jaya
etika Irian Barat masih di bawah penguasaan
Belanda, Silas Papare berjuang membebas-
kan untuk menyatukannya dengan Republik
Indonesia. Berbagai usaha dilakukannya, antara lain
pemberontakan, mendirikan Partai Kemerdekaan In-
donesia Irian (PKII), dan B adan Perjuangan Irian.
Perjuangannya akhirnya membuahkan hasil. Irian
Barat merdeka dan menyatu bersama Indonesia.
Pria Kelahiran Serui, Irian Jaya, 18 Desember 1918
ini memiliki semangat nasionalisme Indonesia yang
sangat tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan
tingkat sekolah dasar dan sekolah juru rawat, Silas
kemudian menjadi pegawai pemerintah Belanda.
Namun karena jiwa ke-Indonesiaannya yang tinggi,
maka begitu mendengar berita bahwa Indonesia
telah merdeka, ia pun langsung mengadakan perla-
wanan terhadap penjajahan Belanda.
Pada bulan Desember 1945, bersama teman-te-
mannya yang tergabung dalam Batalyon Papua
merencanakan pemberontakan. Rencana itu gagal.
Silas ditangkap dan dipenjarakan di Jayapura. Pada
bulan November 1946, ia mendirikan
Partai Kemer-
dekaan Indonesia Irian
(PKII). Karena itu, ia ditangkap
Belanda dan dipindahkan ke Biak. Pada bulan Okto-
ber 1949, ia membentuk Badan Perjuangan Irian.
Tujuannya adalah untuk membantu pemerintah
Indonesia membebaskan Irian Barat da ri tangan
Belanda sekaligus menyatukannya dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dalam penandata-
nganan Persetujuan New York (15 Agustus 1962) Silas
Papare ikut terlibat sebagai anggota delegasi RI. Si-
las Papare meninggal di Serui pada tanggal 7 Ma-
ret 1978.
Diskusikanlah dalam sebuah kelompok kecil!
1. Siapakah Silas Papare?
2. Apa peran Silas Papare dalam perjuangan mem-
bebaskan Irian Barat dari jajahan Belanda?
K
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
214
pendukung Belanda. Dukungan negara-negara ter-
hadap Belanda semakin kuat ketika persaingan
antara Blok Barat dan Blok Timur semakin menguat
dalam suasana Perang Dingin. Karena dukungan
sejumlah negara terhadap penguasaan wilayah
Irian Barat, Kerajaan Belanda tidak mau menye-
rahkan Irian Barat kepada pemerintah Indonesia.
Semua partai dan golongan/ormas yang ada di
Indonesia mendukung usaha pembebasan Irian
Barat. Irian Barat merupakan bagian wilayah In-
donesia. Pada tahun 1957, pemerintah Indonesia
melancarkan aksi-aksi untuk mengembalikan Irian
Barat ke Indonesia. Langkah awal yang dilaksana-
kan adalah mengambil alih perusahaan milik Be-
landa di Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1960,
Indonesia memutuskan hubungan diplomatik
dengan pemerintah Belanda.
Sehubungan dengan masalah Irian Barat, Pre-
siden Soekarno berpidato di depan Sidang Umum
PBB pada tahun 1960. Dalam pidatonya yang ber-
judul “Membangun Dunia Kembali”, Presiden Soe-
karno menyatakan:
“Kami telah berusaha untuk menyelesaikan masalah
Irian Barat. Kami telah berusaha dengan sungguh-
sungguh dan dengan penuh kesabaran dan penuh
toleransi dan penuh harapan. Kami telah berusaha
untuk mengadakan perundingan-perundingan bila-
teral. Harapan lenyap, kesabaran hilang, bahkan to-
leransi pun telah mencapai batasnya. Semuanya itu
kini telah habis dan Belanda tidak memberikan alter-
natif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.”
disetujui oleh Belanda dan Indonesia. Indonesia meng-
hendaki waktu penyerahan lebih dipercepat dan Be-
landa menghendaki adanya semacam perwakilan
di bawah PBB, yang kemudian membentuk Negara
Papua.
6.1.2 Perjuangan Melalui
Kekuatan Militer
Penyelesaian melalui jalan diplomasi meng-
alami jalan buntu. Oleh karena itu, Indonesia mulai
mempersiapkan penyelesaian Irian Barat dengan
kekuatan militer.
Untuk kepentingan
ini, Pem
erintah Indonesia
awalnya berencana me
mbeli senjata dari Amerika
Serikat, tetapi gagal. Pembelian senjata k emudian
dialihkan ke negara-negara Blok Komunis, terutama
Uni Soviet.
Upaya pembelian senj
ata ini dipimpin
Jenderal
A.H. Nasution
(Menteri Keamanan Nasional). Jende-
ral Nasution
juga mengadakan lawatan ke berbagai
negara seperti Thailand, Filipina, Australia, Jerman,
Pakistan, India, dan Inggris. Kunjungan itu bertuju-
an mencari informasi atau tanggapan seandainya
pemerintah Indonesia membebaskan Irian Barat de-
ngan kekuatan militer dan bagaimana hubungan
negara-negara tersebut dengan pihak Belanda. Ne-
gara-negara yang dikunjungi tersebut ada yang
mendukung Belanda dan ada yang menyarankan
jalan damai dalam penyelesaian Irian Barat.
Persiapan pemerintah Indonesia diketahui Be-
landa, sehingga Belanda menuduh Indonesia melaku-
kan agresi militer. Belanda memperkuat armadanya
di Irian Barat dengan mengirimkan kapal perangnya,
misalnya kapal induk
Karel Doorman
, yang dilengkapi
personil dan persenjataan lengkap.
Gambar 6.1.3
Presiden Soekarno sedang berpidato dalam upacara
peringatan hari ulang tahun RI pada tanggal 17 Agustus
1960 di halaman istana merdeka. Dalam pidatonya,
Presiden Soekarno memaklumkan pemutusan hubungan
diplomatik dengan Belanda.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Gambar 6.1.2
Penandatanganan pengambilalihan
perusahaan penerbangan KLM (Koningklijke Lucht
Maatschappij) milik Belanda oleh Pemerintah Indonesia
pada bulan Desember 1957.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Masalah Irian Barat diangkat kembali ke sidang
PBB pada tahun 1961. Pada waktu itu yang menjadi
Sekjen PBB adalah
U Thant
. U Thant menunjuk
Ells-
worth Bunker
(diplomat Amerika Serikat) untuk me-
ngajukan usul mengenai masalah Irian Barat. B un-
ker mengusulkan agar pihak Belanda menyerahkan
kedaulatan Irian Barat kepada Republik Indone-
sia. Penyerahan itu dilakukan melalui PBB dalam
waktu dua tahun. Usulan tersebut pada prinsipnya
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
215
Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekar-
no mengumumkan Tiga Komando Rakyat (Trikora)
yang isinya adalah sebagai berikut.
Gagalkan pembentukan negara boneka Negara
Papua buatan Belanda kolonial.
Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat
Tanah Air Indonesia.
Bersiaplah untuk mobilisasi umum memperta-
hankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air
dan Bangsa.
Dengan dicetuskannya Trikora tersebut, maka
konfrontasi antara Belanda dan Indonesia pun di-
mulai. Sebagai reaksi terhadap Trikora, pada tang-
gal 2 Januari 1962 Presiden/P anglima Tertinggi
ABRI/Panglima Besar Komando Tertinggi Pembe-
basan Irian Barat mengeluarkan
Keputusan No. 1
tahun 1962
tentang Pembentukan Komando Man-
dala Pembebasan Irian Barat.
Gambar 6.1.4
Pada tanggal 14 Maret 1961, di Jakarta
dilangsungkan penandatanganan perjanjian pembelian senjata
dari Uni Soviet (a). Tujuannya adalah mempersiapkan potensi
militer Indonesia dengan kekuatan yang diperhitungkan mampu
membebaskan Irian Bara t dengan kekuatan bersenjata. Gamb ar-
gambar di bawah menunjukkan sebagian dari peralatan perang
yang dibeli dari Uni Soviet untuk memperkuat Angkatan
Bersenjata RI dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat.
Peralatan perang tersebut terdiri dari pesawat Mig (b), kapal
perang (c), dan kapal selam (d).
c
d
b
a
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Gambar 6.1.5
Pada tanggal 19 Desember 1961 Presiden Soekarno mengumandangkan Trikora
dalam rapat raksasa di alun-alun Yogyakarta.
Komando Mandala dibentuk pada tanggal 2 Ja-
nuari 1962. Apa saja tugas yang akan diemban dan
dilaksanakan oleh Komando Mandala? Tugas Ko-
mando Mandala adalah sebagai berikut.
Merencanakan, mempersiapkan, dan menye-
lenggarakan operasi-operasi militer dengan tu-
juan mengembalikan wilayah Provinsi Irian
Barat ke dalam kekuasaan Negara Republik In-
donesia.
Mengembangkan situasi militer di wilayah Pro-
vinsi Irian Barat:
5
sesuai dengan taraf-taraf perjuangan di
bidang diplomasi;
5
supaya dalam waktu yang sesingkat-sing-
katnya di wilayah Provinsi Irian Barat da-
pat secara
de facto
diciptakan daerah-daerah
bebas atau didudukkan unsur kekuasaan/
pemerintah daerah Republik Indonesia.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
216
Pada awalnya, Belanda yakin bahwa pasukan
militer Indonesia tidak mungkin menembus wila-
yah Irian Barat. Keyakinan itu tidak terbukti.
Pasukan Indonesia ternyata mampu menembus
wilayah Irian Barat, bahkan mampu merebut T e-
minabuan. Berikut adalah peristiwa konfrontasi
di Irian Barat.
6.1.3
Jalannya K
Jalannya K
Jalannya K
Jalannya K
Jalannya K
onfrontasi
onfrontasi
onfrontasi
onfrontasi
onfrontasi
Setelah merumuskan Trikora, Dewan Pertahan-
an Nasional, Gabungan Kepala Staf, serta Komando
Tertinggi Pembebasan Irian Barat mengadakan ra-
pat. Rapat memutuskan dua hal berikut ini.
Membentuk Provinsi Irian Barat gaya baru de-
ngan putra Irian sebagai gubernurnya.
Membentuk Komando Mandala yang langsung
memimpin kesatuan-kesatuan ABRI dalam tu-
gas merebut Irian Barat.
Pada tanggal 13 Januari 1962,
Brigadir Jenderal
Soeharto
dilantik menjadi Panglima Mandala.
Pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal. Di
samping menjadi Panglima Mandala, Mayor Jende-
ral Soeharto juga merangkap sebagai Deputi Kasad
untuk wilayah Indonesia bagian Timur.
Pada waktu itu juga ditetapkan susunan Ko-
mando Irian Barat sebagai berikut.
Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebas-
an Irian Barat, yaitu Presiden/Panglima Terting-
gi Soekarno.
Wakil Panglima Besar dijabat Jenderal A. H. Na-
sution.
Kepala Staf dijabat oleh Mayor Jenderal Ach-
mad Yani.
Sedangkan susunan Komando Mandala sebagai
berikut.
Panglima Mandala dijabat oleh Mayor Jenderal
Soeharto.
Wakil Panglima I dijabat oleh Kolonel Laut Su-
bono.
Wakil Panglima II dijabat oleh Letkol Udara Leo
Wattimena.
Kepala Staf Umum dipercayakan kepada Kolo-
nel Achmad Tahir.
Komando Mandala merencanakan operasi
pembebasan Irian Barat dalam tiga fase, yakni
sebagai berikut.
Fase Infiltrasi, sampai akhir 1962
Memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaran-sa-
saran tertentu untuk menciptakan daerah be-
bas
de facto
. Kesatuan-kesatuan ini harus dapat
mengembangkan penguasaan wilayah dengan
membawa serta rakyat Irian Barat dalam per-
juangan fisik untuk membebaskan wilayah me-
reka.
Fase Eksploitasi, awal tahun 1963
Mengadakan serangan terbuka terhadap induk
militer lawan dan menduduki semua pos perta-
hanan musuh yang penting.
Fase Konsolidasi, awal tahun 1964
Menegakkan kekuasaan RI secara mutlak di se-
luruh Irian Barat.
Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi pertempur-
an di Laut Aru antara MTB ALRI melawan kapal
perusak dan fregat Belanda. Dalam pertempuran itu,
Komodor Yos Sudarso
gugur karena KRI Macan Tu-
tul yang ditumpanginya ditembak kapal Belanda
.
Komodor Yos Sudarso pada waktu itu menjabat
sebagai deputi Kasal.
Gambar 6.1.6
Komodor Yos Sudarso gugur dalam pertempuran di Laut
Aru pada tanggal 15 Januari 1962.
Sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Panglima Mandala menyusun strategi yang di-
namakan
Strategi Panglima Mandala
. Operasi-operasi
militer terus dilancarkan oleh pihak Indonesia. Ope-
rasi-operasi tersebut antara lain
Operasi Banteng Ke-
taton
,
Operasi Serigala
,
Operasi Jatayu
, dan
Operasi Jaya
Wijaya
.
Sebelum Operasi Jaya Wijaya dilaksanakan,
Panglima Besar Tertinggi Pembebasan Irian Barat
mengirimkan instruksi yang isinya: menghenti-
kan tembak-menembak pada tanggal 18 Agustus
1962. Di samping instruksi tersebut, juga ada su-
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
217
rat perintah Panglima Mandala yang ditujukan ke-
pada seluruh pasukan dalam jajaran Mandala. Su-
rat itu berisi perintah agar semua pasukan menaati
perintah penghentian tembak-menembak dan
mengadakan kontak dengan perwira-perwira pe-
ninjau PBB. Para perwira tersebut didampingi
Brig-
jen Achmad Wiranatakusumah
,
Kolonel Udara I
Dewanto
, dan
Letkol Laut Nizam Zachman
.
Instruksi-instruksi tersebut dikirimkan kepada
yang berkepentingan karena pada tanggal 15 Agus-
tus 1962 Pemerintah Belanda dan Indonesia me-
nandatangani persetujuan mengenai Irian Barat di
Markas Besar PBB. Keberhasilan Trikora merupa-
kan perpaduan usaha diplomasi dan militer.
6.1.4 Penyerahan Kekuasaan
dari PBB kepada
Indonesia
Sesuai dengan keputusan Perjanjian New York,
mulai tanggal 1 Oktober 1962, kekuasaan Belanda
atas Irian Barat berakhir .
Untuk sementara waktu mulai tanggal 1 Okto-
ber 1962 - 1 Mei 1963, Irian Barat berada di bawah
pengawasan pemerintahan sementara PBB. Peme-
rintahan sementara PBB di Irian Barat ini disebut
UNTEA
(United Nations Temporary Executive Authority)
.
Negara-negara yang terlibat dalam UNTEA
adalah Belgia, Amerika Serikat, dan Australia. Mulai
tanggal 31 Desember 1962, Bendera Merah Putih diki-
barkan di samping bendera PBB. Sementara itu,
bendera Belanda diturunkan.
Operasi Wisnumurti merupakan operasi ter -
akhir yang dilakukan Komando Mandala. Operasi
Wisnumurti adalah penyelenggaraan penyerahan
kekuasaan pemerintahan di Irian Barat dari UNTEA
kepada pemerintah Republik Indonesia. Sesuai de-
ngan Perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei 1963
UNTEA secara resmi menyerahkan Irian Barat kepa-
da pemerintah RI. Upacara serah terima dilaksa-
nakan di Kotabaru/Hollandia (sekarang Jayapura).
Pihak Indonesia diwakili oleh Jenderal Ahmad Yani.
Dengan kembalinya Irian Barat ke Republik Indone-
sia pada tanggal 1 Mei 1963 Komando Mandala juga
dibubarkan.
Sesuai dengan Perjanjian New York juga, pada
tahun 1969 pemerintah RI mengadakan Pepera (pe-
nentuan pendapat rakyat). Melalui Pepera ini, rak-
yat Irian Barat diberi kesempatan untuk memilih:
tetap bersatu dengan RI atau merdeka. Dewan Mu-
syawarah Pepera secara bulat memutuskan tetap
bersatu dengan Republik Indonesia. Hasil Pepera
dilaporkan dalam Sidang Umum PBB ke-24. Lapor-
an hasil Pepera disampaikan
Ortis Sanz
(seorang
diplomat PBB).
n
Gambar 6.1.7
Rangkaian seremonial
penyerahan kedaulatan
Irian Barat kepada
Republik Indonesia.
Tampak Bendera PBB
masih berkibar
bersebelahan dengan
bendera Merah Putih
(
gambar 1
). Sementara
itu, tampak bendera PBB
sedang diturunkan
(
gambar 2
).
Gambar 3
menunjukkan bendera
PBB sudah turun dan
tinggal bendera Merah
Putih yang berkibar.
Untuk menghormati
pembebasan Irian Barat,
di Jakarta dibangun
Patung Pembebasan Irian
Barat (
gambar 4
).
Photo United Nation
Sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 2
Photo United Nation
Y
Z
[
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
218
RANGKUMAN
1. Perjuangan mengembalikan Irian Barat dila-
kukan dengan cara diplomasi dan kekuatan
militer.
2. Indonesia menempuh perjuangan diplomasi
karena Belanda tidak menepati kesepakatan
yang dicapai dalam KMB. Tahun 1954 peme-
rintah Indonesia membawa masalah Irian
Barat ke dalam sidang Majelis Umum PBB.
3. Indonesia melancarkan berbagai aksi terha-
dap Belanda, antara lain mengambil alih per-
usahaan-perusahaan Belanda di Indonesia
dan memutuskan hubungan diplomatik.
4. Usaha pembebasan Irian Barat melalui jalan
militer dilakukan karena jalan diplomasi su-
dah buntu. Untuk melaksanakan operasi mi-
liter ini yang dilakukan pemerintah adalah:
membeli senjata dari Uni Soviet.
5. Pemerintah juga membentuk Komando Man-
dala untuk melaksanakan operasi militer ,
mencetuskan Tri Komando Rakyat pada
tanggal 19 Desember 1961.
6. Tiga Komando Rakyat (Trikora) yang dicetus-
kan oleh Presiden Soekarno pada 19 Desember
1961 menegaskan hal-hal berikut ini.
Penggagalan pembentukan negara bone-
ka Negara Papua buatan Belanda.
Pengibaran Sang Merah Putih di Irian Ba-
rat, Tanah Air Indonesia.
Siap siaga untuk mobilisasi umum mem-
pertahankan kemerdekaan dan kesatuan
tanah air dan bangsa.
7. Rencana operasi pembebasan Irian Barat di-
laksanakan dalam tiga fase.
fase infiltrasi (sampai tahun 1962), yakni
dengan memasukkan 10 kompi ke bebe-
rapa daerah untuk menciptakan daerah
bebas
de facto;
fase eksploitasi (awal tahun 1963), yakni
mengadakan serangan terbuka
Fase konsolidasi (awal tahun 1964) yakni
untuk menegakkan secara mutlak kekua-
saan RI di Irian Barat.
8. Pada tanggal 15 Januari 1962 terjadi pertem-
puran di Laut Aru. Dalam pertempuran itu
Komodor Yos Sudarso gugur karena kapal-
nya yakni KRI Macan Tutul ditembak Belan-
da.
9. Pada tanggal 15 Agustus 1962, Pemerintah
Indonesia dan Pemerintah Belanda menan-
datangani persetujuan mengenai Irian Barat
di Markas Besar PBB. T anggal 18 Agustus
1962, pertempuran pun dihentikan.
10. Kekuasaan Belanda di Papua Barat pun
berakhir tertanggal 1 Oktober 1962 sesuai
Perjanjian New York. Sebagai gantinya, Pa-
pua Barat diawasi oleh pemerintahan se-
mentara PBB hingga 1 Mei 1963.
11. Pemerintahan Sementara ini disebut UNTEA
dan terdiri atas tiga negara, yakni Belgia,
Amerika Serikat dan Australia.
12. Pada tanggal 1 Mei 1963, Irian Barat berga-
bung kembali ke wilayah Indonesia. Pro-
sesnya didahului dengan penyerahan ke-
kuasaan dari UNTEA kepada pemerintah
Indonesia.
13. Pada tahun 1969 diadakan Pepera (Penentu-
an Pendapat Rakyat). Dewan Musyawarah
Pepera secara bulat memutuskan tetap ber-
gabung dengan Republik Indonesia.
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
219
I. Jawablah “B” j ika pernyataan BENAR
dan “S” jika pernyataan SALAH!
1. Tahun 1961, masalah Irian barat diangkat
dalam sidang PBB, dengan sekjen saat itu
Koffi Annan.
2. Tugas Komando Mandala adalah untuk men-
dapatkan kembali Irian Barat dengan cara
berdiplomasi.
3. Komodor Yos Sudarso tewas dalam pertem-
puran di Laut Aru.
4. Irian Barat sempat berada di bawah peng-
awasan pemerintahan sementara PBB sela-
ma tujuh bulan.
II. Salinlah di buku tugasmu dan lengkapi
dengan jawaban yang tepat!
1. Masalah Irian Barat dibawa pemerintah In-
donesia ke dalam sidang Majelis Umum PBB
pada tahun ... .
2. Indonesia pernah memutuskan hubungan
diplomatik dengan Belanda karena masalah
Irian Barat pada tanggal ... .
3. Pidato Presiden Soekarno yang berjudul
“Membangun Dunia Kembali” diucapkan di
depan sidang ... .
4. Kedatangan A.H. Nasution ke Moskow tahun
1960 dalam rangka ... .
5. Panglima Mandala dalam pembebasan Irian
Barat adalah ... .
6. Negara yang termasuk anggota UNTEA
adalah ..., ..., dan ... .
7. Deputi KSAL Yos Sudarso gugur dalam per-
tempuran di perairan Laut ... .
8. Operasi dalam fase eksploitasi adalah ... .
9. Komando Mandala merencanakan operasi
pembebasan Irian Barat dalam tiga fase
10. Irian Barat secara resmi kembali ke wilayah
negara Indonesia pada ... .
III.J awablah dengan singkat dan tepat!
1. Mengapa Indonesia melakukan operasi mili-
ter untuk membebaskan Irian Barat?
2. Bagaimana usaha diplomasi yang dilakukan
pemerintah Indonesia untuk membebaskan
Irian Barat?
3. Siapakah Ellsworth Bunker?
4. Mengapa Jenderal A. H. Nasution mengada-
kan lawatan ke berbagai negara sebelum pe-
merintah Indonesia melancarkan operasi mi-
liter ke Irian Barat?
5. Apa isi Trikora?
UJI KOMPETENSI DASAR
6. Jelaskan tentang Perjanjian New York yang
ditandatangani Indonesia dan Belanda pada
tanggal 15 Agustus 1962!
7. Apa yang kamu ketahui tentang UNTEA?
8. Mengapa pada tahun 1963, Indonesia mem-
buka kembali hubungan diplomatik dengan
Belanda?
9. Jelaskan tentang tiga fase operasi pembebas-
an Irian Barat!
10. Jelaskan tentang penyerahan kekuasaan di
Irian Barat dari PBB kepada pemerintah In-
donesia!
IV.Studi Kasus
Bacalah baik-baik artikel di bawah ini dan jawablah
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan!
ASAL USUL PAPUA
Dulu, namanya
Irian Barat
. Kemudian diganti
Irian Jaya. Lalu demi akomodasi politik yang se-
cara kultural dianggap lebih harmonis, Irian Jaya
diganti Papua. Inilah namanya sekarang.
Dulu, Bung Karno bersumpah:
sebelum fajar
menyingsing tanggal 1 Mei 1963, Sang Saka Merah
Putih harus sudah berkibar di Puncak Cartenz
.
Dan sumpah ini terwujud. Lalu tanggal 1 Mei 1963
disebut hari “kembalinya” Irian Barat ke pangkuan
Republik Indonesia. Maka puncak Cartenz pun se-
gera “dinasionalisasi” menjadi Puncak Soekarno.
Dan kini di-ubah lagi menjadi Jayawijaya.
Dulu, ibu kotanya disebut Soekarnopura. Kini
Jayapura.
Kepentingan politik membuat Bung Karno
mengubah nama gunung, nama kota, dan nama
provinsi itu. Dan kepentingan politik pula yang
membuat Pak Harto mengganti semuanya, men-
jadi nama-nama yang kita kenal sekarang. Tapi
nama Papua itu muncul di zaman Gus Dur. Kita
belum tahu adakah perubahan nama itu akan lang-
geng? Kita bahkan belum tahu bagaimana kelak
nasib Papua. “Raksasa” ini sekarang masih mene-
ruskan tidur panjangnya. Nyenyak di tengah deru
mekanisasi: penambangan, pembabatan hutan,
dan perkebunan sawit.
Lonceng gereja di Jayapura yang “kloneng,
kloneng.” memecah sunyi, dan gema suara azan,
yang lembut, dan syahdu, tak mengusik tidurnya.
Bahkan gunungnya diruntuhkan-dikeduk dan men-
jadi sumur yang dalam oleh Freeport yang lebih
raksasa pun-Papua tetap lelap seperti bayi yang
tak punya masalah.
Di zaman Bung Karno yang gegap gempita de-
ngan semangat dan sikap anti-”nekolim”-neokolo-
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
220
nialisme pun Papua tak terlibat dan tak dilibatkan.
Kita sengaja membiarkan Papua tertidur? Tampak-
nya tidak. Saya menyaksikan, pelan-pelan Tanah
Papua bangun. Tapi mungkin masih penuh kebingu-
ngan, seperti halnya para pemuda dalam kisah
“Ashabul Kahfi”, saat mereka bangun dari tidur pan-
jang pula, sebagaimana digambarkan di dalam ki-
tab suci Al Quran. Mereka tak sadar zaman telah
berputar jauh meninggalkannya.
Pada tahun 1963 dulu, saya masih kelas V se-
kolah dasar, dan turut menyanyikan lagu-lagu wajib
dengan jiwa bergelora, dan agak menantang:
“Cu-
kup sudah masa janji/ cukup sudah sabar menanti/
cukup sudah derita dialami/ kini tiba saat rakyat
bertindak/ mari bersatu bebaskan Irian/ untuk ke-
jayaan nusa dan bangsa....”
Kemudian datang pembangunan. Dan saya tahu
ketidakadilan di dalamnya. Lama-lama saya tahu
ada kepentingan politik yang membuat ketidakadilan
itu terjadi. Lama-lama saya tahu mengapa Papua
“dibiarkan”, dalam “
sleeping beauty
”-nya.
Dan saya pun paham, mengapa ungkapan “un-
tuk kejayaan nusa dan bangsa” dalam bait lagu
tadi tak dengan sendirinya membuat pembangunan
menetes secara adil ke bawah hingga menjadi “un-
tuk kejayaan Papua”. Apa makna “nusa bangsa”
yang abstrak itu?
Di sana memang pernah dan masih, terpatri na-
ma-nama “jaya”: Irian Jaya, Jayapura, dan Jaya-
wijaya. Tapi siapa saat ini yang sebenarnya tetap
jaya-sentosa di bumi Papua, yang tetap sedih,
miskin, dan merana?
Pendidikan mereka rendah. Kesehatan mereka
buruk. Kenyamanan mereka rusak. Hidup jadi pe-
nuh rasa tak nyaman dan saling curiga. Pendu-
duknya bahkan tergusur secara sosial-ekonomi
menjadi kaum marginal di negeri sendiri.
Nilai-nilai dan kebudayaan lokal tersingkir oleh
kekuatan ekonomi dan desakan sosial pendatang
yang kuat, agresif, dan kapitalistik. Pelan-pelan
mereka menjadi tontonan. Tapi akankah kita biar-
kan pula mereka menjadi sekadar penonton dalam
pertun-jukan akbar: “membangun” kembali Papua,
lewat percepatan pembangunan yang diatur di da-
lam Instruksi Presiden sekarang?
Minggu lalu, perwakilan negara-negara donor da-
tang membawa misi: kepedulian, kemurahan hati,
dan persaudaraan, sambil “menggotong” dana
pembangunan sebagai bukti kemurahan hati me-
majukan saudara yang tertinggal. Dalam pertemu-
an seming-gu itu Pak Gubernur bagaikan meme-
gang cambuk dan membunyikannya: “Cetar. cetar.”
sebagai aba-aba untuk membangunkan kembali
Papua yang tidur. Dan para bupati pun siap menan-
tikan perintah. Dari sana kemudian para bupati
membangunkan para camat, yang segera pula
membangunkan para kepala desa maupun kepala
suku.
Dan serentak para pemimpin tingkat bawah
yang secara riil mengomando rakyat itu pun mem-
bangunkan mereka. Agenda para donor dan kon-
tribusi lembaga swadaya masyarakat lokal, dan
peran
partnership
dalam pembangunan di tingkat
kecamatan membantu gubernur, untuk meyakinkan
bahwa program berjalan dan membawa manfaat
bagi warga setempat, disesuaikan dengan arah
dan strategi gubernur. Kurang lebih beginilah jalan-
nya kepemimpinan lokal, di tangan Papua sendiri,
untuk membangun Papua.
Kini semua siap menyambut fajar menyingsing,
bukan untuk “kejayaan nusa bangsa” yang terlalu
abstrak, melainkan, untuk “kejayaan Papua” sendi-
ri. Kesehatan penduduk membaik. Pendidikan me-
ningkat. Rasa aman menyelimuti mereka siang
malam. Dan sandang-pangan diperoleh lebih mu-
dah. Pendek kata, Papua jaya.
Sumber: “
Papua
” oleh Mohammad Sobary,
dimuat dalam
Harian Kompas
,
24 Februari
2008.
A. Menjawab Pertanyaan
1. Ceritakan dan tuliskan ulang dengan singkat
isi dan maksud artikel di atas!
2. Nama apa sajakah yang pernah diberikan
kepada Papua? Apakah alasan penggantian
nama tersebut? Jelaskan!
3.
“Raksasa” ini sekarang masih meneruskan tidur
panjangnya. Nyenyak di tengah deru mekanisasi:
penambangan, pembabatan hutan, dan perkebunan
sawit.
(
Lih
. paragraf empat).
Apa yang dimaksud dengan meneruskan
‘tidur panjang’-nya? Jelaskan!
4. Bagaimana keadaan Papua saat ini menurut
penulis artikel?
5. Mengapa menurut pendapatmu, penulis me-
nyatakan Papua dibiarkan dalam ‘
sleeping
beauty
’ saat pembangunan terjadi?
6. Bagaimanakah penulis melihat masa depan
Papua?
7. Bagaimanakah sikap penulis mengenai gu-
bernur Papua saat ini? Jelaskan!
8. Apakah kamu setuju/tidak setuju dengan
artikel di atas? Jelaskan pendapatmu!
V. Refleksi
Kembalinya tanah Papua Barat ke pangkuan ibu
pertiwi menandai kembalinya keutuhan wila-
yah Negara Kwsatuan RI. Apakah keutuhan
NKRI akan terus bertahan? Menurutmu, apa saja
tantangan ke de pan yang dapat membaya kan
kesatuan Republik Indonesia? Bagaimana tin-
dakan nyata yang harus kita ambil supaya kesa-
tuan RI itu tetepa terpelihara?
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
221
Apakah kamu masih ingat materi pergolakan-
pergolakan yang terjadi di dalam negeri? Materi
tersebut sudah kamu pelajari di semester pertama.
Apakah kamu masih ingat mengapa pergolakan-
pergolakan tersebut terjadi? Semua pergolakan
dalam negeri muncul karena masalah hubungan
pusat dan daerah-daerah. Selain itu, pergolakan
juga muncul karena persaingan ideologis.
Dalam bab ini kamu akan memp
elajari pembe-
rontakan PKI di Madiun pada tahun 1948, Pembe-
rontakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia ( DI/
TII) di berbagai daerah, dan pemberontakan PKI
pada tanggal 30 September 1965.
6.2.1 Pemberontakan PKI
di Madiun
A. Latar belakang
Setelah penandatanganan Persetujuan Ren-
ville, timbul pro dan kontra terhadap persetujuan
tersebut. Pada waktu itu, Partai Masyumi dan PNI
menarik diri dari kabinet. Masyumi dan PNI ad
alah
dua partai besar pendukung kabinet yang dipimpin
Amir Syarifuddin
. Akibatnya, Kabinet Amir Sya-
rifuddin jatuh.
Kabinet baru pun dibentuk dengan
Mohammad
Hatta
sebagai Perdana Menteri. Akan tetapi, par-
tai-partai yang berhaluan sosialis-komu nis tidak
ikut dalam kabinet yang baru tersebut. Akibatnya,
terjadilah pertentangan yang makin tajam antara
kelompok sosialis-komunis dan pendukung Kabi-
net Hatta.
Amir Syarifuddin menentang politik pemerin-
tah. Ia mendirikan
Front Demokrasi Rakyat
(FDR).
Front Demokrasi Rakyat ini terdiri dari organisasi-
organisasi ekstrem kiri. Mereka melancarkan pro-
paganda antipemerintah, melakukan pemogokan,
dan pengacauan.
B. Terjadinya pemberontakan PKI
Golongan anti-pemerintah semakin k
uat se telah
Muso
kembali
dari Rusia. Mereka berpendapat bah-
wa pimpinan nasional harus di
kendalikan PKI. Ge-
rakan anti-pemerintah memuncak dengan pecah -
nya pemberontakan PKI di Madiun.
Melalui pemberontakan PKI di Madiun, PKI se-
benarnya berusaha merebut kekuasaan dan menja-
dikan Republik Indonesia sebagai negara komunis.
Rencana perebutan kekuasaan diawali dengan de-
monstrasi, penculikan, dan pembunuhan tokoh-
tokoh yang dianggap musuh di kota Solo. Selain
itu, kesatuan-kesatuan TNI saling diadu. Pada tang-
gal 11 September 1948, terjadi bentrokan antara
pasukan pro pemerintah RI (Divisi Siliwangi) dengan
pasukan pro PKI (Divisi IV). Untuk mengatasi keada-
hmad Yani adalah
salah satu tokoh
penting dalam se-
dalam menumpas pemberontakan PRRI/Permesta.
Operasi yang dikenal dengan nama Operasi 17
Agustus ini adalah operasi gabungan ABRI pertama.
Ia memegang jabatan-jabatan penting dalam
Angkatan Darat. Pada tahun 1962 ia diangkat men-
jadi KSAD. Ia menolak rencana PKI untuk mem-
bentuk angkatan kelima. Ia juga menolak “Nasako-
misasi” ABRI yang sebetulnya adalah usul PKI. Ia
meninggal pada 1 Oktober 1965.
Diskusikanlah dalam sebuah kelompok kecil!
1. Sudah tahukah kamu tokoh yang bernama Ahmad
Yani sebelum kamu membaca kutipan di atas?
2. Siapakah Ahmad Yani itu?
3. Apa profesi dan keahlian Ahmad Yani?
4. Dari kutipan di atas bagaimana hubungan Ahmad
Yani dengan PKI?
saat agresi militer Belanda II, ia memimpin daerah
pertahanan Kedu. Setelah itu, ia memimpin penum-
pasan pemberontakan DI/TII Jaw a Tengah dan
PRRI. Salah satu keahlian yang diperolehnya dari
pendidikan pada
Command and Gen eral Staff di Fort
Leavenworth
(Amerika Serikat) adalah mengenai
operasi gabungan. Keahlian ini dipraktikkannya
A
jarah Indonesia. Ia lahir pa-
da tanggal 19 Jun i 1922 di
Purworejo. Pada masa pen-
dudukan Jepang, ia meng-
ikuti pendidikan Heiho di
Magelang dan PETA di Bo-
gor. Setelah TKR terbentuk,
ia diangkat menjadi koman-
dan TKR Purworejo. Pada
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
222
an, pemerintah mengangkat
Kolonel Gatot Soebro-
to
sebagai Gubernur Militer Surakarta dan sekitar-
nya (Semarang, Pati, dan Madiun).
Pada tanggal 18 September 1948, PKI dapat me-
nguasai daerah Madiun dan sekitarnya. Pada tang-
gal 19 September 1 948, PKI mengumumkan pem-
bentukan pemerintah baru. Selain di Madiun, PKI
juga membentuk pemerintah baru di Pati. Untuk
mencapai tujuan politiknya, PKI tidak segan-segan
menggunakan kekerasan dan kekejaman. Kekejam-
an yang dilakukan PKI bahkan di luar batas kemanu-
siaan. Semua lapisan masyarakat menjadi korban
keganasan mereka.
Setelah PKI menguasai Madiun, Presiden Soe-
karno mengambil tindakan tegas terhadap para
pemberontak. Para perwira yang terlibat dalam
pemberontakan PKI di Madiun dipecat. Ketegasan
sikap Presiden Soekarno tersebut tampak dari
bagian pidatonya yang ditujukan kepada rakyat
Indonesia berikut.
“Rakyatku yang tercinta. Atas nama perjuangan untuk
Indonesia Merdeka, aku berseru kepadamu: pada saat yang
begini genting di mana engkau dan kita sekalian menga-
lami percobaan yang sebesar-besarnya dalam menentukan
nasib kita sendiri, bagimu ada pilihan antara dua: ikut
Muso dengan PKI-nya yang akan membawa bangkrutnya
cita-cita Indonesia Merdeka, atau ikut Soekarno - Hatta,
yang insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin
Negara RI kita ke Indonesia yang merdeka, tidak dijajah
oleh negeri apa pun juga.”
Operasi penumpasan pemberontakan PKI Ma-
diun berakhir pada awal bulan Desember 1948. Ope-
rasi itu dilaksanakan oleh pasukan gabungan yang
dipimpin Kolonel Gatot Subroto
dari Jawa Tengah,
Kolonel Sungkono
dari Jawa Timur, dan Pasukan
Divisi III Siliwangi dari Jawa Barat. Muso tertembak
dalam pengejaran di Ponorogo. Sedangkan Amir
Syarifuddin
tertangkap dan dihukum mati.
6.2.2 Pemberontakan DI/TII
Rongrongan terhadap keamanan dalam negeri
juga dilakukan DI/TII. Pemberontakan DI/TII meru-
pakan suatu usaha untuk mendirikan negara Islam
di Indonesia. Pemberontakan DI/TII terjadi di bebe-
rapa daerah di Indonesia, antara lain di Jawa Barat,
di Jawa Tengah, di Aceh, dan di Sulawesi Selatan.
A. Pemberontakan DI/TII di Jawa
Barat
Gerakan DI/TII di Jawa Barat muncul pada wak-
tu terjadi penarikan pasukan TNI dari wilayah
yang diduduki Belanda ke wilayah RI sebagai aki-
bat persetujuan Renville. Akan tetapi, anggota Hiz-
Gambar 6.2.1
Korban-korban pemberontakan PKI di Madiun pada tahun
1948 dari pihak sipil dan militer.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Gambar 6.2.2
Pasukan TNI dan Polri di bersama-sama dengan rakyat
mengejar para pemberontak PKI Madiun sampai ke
gunung-gunung.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Gambar 6.2.3
Amir Syarifuddin, pimpinan FDR yang juga memimpin
pemberontakan, akhirnya ditangkap TNI di daerah
Purwodadi. Dengan dikawal pasukan TNI, Amir dibawa ke
stasiun Kudus untuk seterusnya dibawa ke Y ogyakarta.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
223
bullah dan Sabilillah tidak mengikuti ketentuan
persetujuan Renville. Kedua laskar itu berada di
bawah pengaruh
Sekarmadji Maridjan Kartosu-
wirjo
.
Semula Kartosu
wirjo ikut bergerilya di daerah
Jawa Barat. Ia ingin mendirikan negara Islam lepas
dari Republik Indonesia. Untuk itu ia menghimpun
orang-orang yang setia
kepadanya d
alam tentara
Darul Islam.
Pada tanggal 4 Agustus 1949 Kartosu-
wirjo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia (NII).
Tindakan Kartosuwiryo itu membahayakan
persatuan dan kesatuan nasional. Rakyat pun sa-
ngat dirugikan karena Kartosuwiryo dan anggota-
nya melakukan teror, pembunuhan, pengrusakan,
dan pengambilan harta kekayaan penduduk secara
paksa.
Penumpasan Gerakan DI/TII di Jawa Barat
memakan waktu yang lama. Baru pada tahun 1960-
an, Divisi Siliwangi mulai melancarkan operasi
secara sistematis dan besar-besaran. Dengan di-
bantu rakyat dalam operasi
“Pagar Betis”
, pada ta-
hun 1962 gerombolan DI/TII akhirnya dapat dihan-
curkan. Kartosuwiryo dapat ditangkap di Gunung
Geber. Ia kemudian dihukum mati.
B. Pemberontakan DI/TII
di Jawa Tengah
Seperti di Jawa Barat, unsur-unsur pemberon-
takan DI/TII di Jawa Tengah sudah mulai ada sejak
masa Perang Kemerdekaan. Di Jawa Tengah, pembe-
rontakan DI/TII terjadi di berbagai daerah.
Pada mulanya pemberontakan DI/TII di Jawa
Tengah dipimpin
Amir Fatah
. Gerakan Amir Fatah
yang menamakan diri
Majelis Islam
bergerak di daerah
Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Setelah bergabung
dengan Kartosuwirjo, Amir Fatah diangkat sebagai
Komandan Pertempuran Jawa Tengah.
Sementara itu, di daerah Kebumen terjadi pem-
berontakan yang digerakkan
Angkatan Umat Islam
yang dipimpin
Moh. Mahfudz Abdul Rachman
(Kyai Somolangu). Pemberontakan ini dapat ditum-
pas dalam waktu tiga bulan. Sisa-sisa laskar yang
lolos bergabung dengan DI/TII Kartosuwirjo.
Pada mulanya gerakan DI/TII di Jaw a Tengah
sudah mulai terdesak oleh TNI. Akan tetapi, pada
bulan Desember 1951 mereka menjadi kuat kembali
karena mendapat bantuan dari Batalyon 426. Ba-
talyon 426 di daerah Kudus dan Magelang membe-
rontak dan menggabungkan diri dengan DI/TII.
Kekuatan batalyon pemberontak ini dapat dihan-
curkan. Sisa-sisanya lari ke Jawa Barat bergabung
dengan DI/TII Kartosuwirjo.
Gambar 6.2.5
Amir Fatah (paling kanan), pemimpin pemberontakan DI/
TII di Jawa Tengah, sedang berdiskusi dengan rekan
seperjuangan.
Sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Gambar 6.2.4
Kartosuwirjo, pemimpin pemberontakan DI/TII di Jawa
Barat. Tujuan utama gerakan ini adalah untuk membentuk
Negara Islam Indonesia.
sumber:
Ensiklopedi Nasional Indonesia
Gambar 6.2.6
Anggota DI/TII eks Batalyon 426 yang memberontak di
Jawa Tengah berhasil ditawan oleh pasukan TNI.
Sementara itu, di daerah Merapi dan Merbabu
terjadi kerusuhan yang dilakukan gerakan
Merapi
Merbabu Complex
(MMC). G
erakan ini dapat dihan-
curkan TNI pada bulan April 1952. Sisa-sisanya
menggabungkan diri dengan DI/TII. Kekuatan DI/TII
di daerah Jawa Tengah yang semula dapat dipatah-
kan justeru menjadi kuat lagi karena bergabungnya
sisa-sisa Batalyon 426.
Sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
224
Untuk mengatasi pemberontakan itu, segera di-
bentuk pasukan
Banteng Raiders
. Pasukan itu kemu-
dian mengadakan ope rasi kilat yang dinamakan
Gerakan Banteng Negara
(GBN). Pada tahun 1954, ge-
rakan DI/TII di Jawa Tengah dapat dihancurkan se-
telah pusat kekuatan gerakan DI/TII di perbatasan
Pekalongan-Banyumas dihancurkan.
C. Pemberontakan DI/TII di
Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
dikobarkan
Ibnu Hadjar
, seorang bekas Letnan Dua
TNI. Ia memberontak dan menyatakan gerakannya
sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo. Dengan
pasukan yang dinamakannya
Kesatuan Rakyat yang
Tertindas
, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan
tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tin-
dakan pengacauan pada bulan Oktober 1950.
Pemerintah memberi kesempatan kepada Ibnu
Hadjar untuk menghentikan pemberontakannya se-
cara baik-baik. Ia pernah menyerahkan diri dengan
pasukannya. Ia diterima kembali ke dalam Angkat-
an Perang Republik Indonesia. Namun ia melarikan
diri dan melanjutkan pemberontakan.
Pemerintah RI akhirnya mengambil tindakan
tegas. Pada akhir tahun 1959, pasukan gerombolan
Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan. Ibnu Hadjar sendi-
ri dapat ditangkap.
D. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi
Selatan
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan di-
pimpin oleh
Kahar Muzakar
.
Kahar Muzakar ada-
lah seorang pejuang kemerdekaanyang selama
Perang Kemerdekaan ikut berjuang di Pulau Jawa.
Setelah Proklamasi kemerdekaan Kahar Muzakar
kembali ke Sulawesi Selatan. Ia berhasil menghim-
pun dan memimpin laskar-laskar gerilya di Sula-
wesi Selatan. Laskar-laskar itu bergabung dalam
Komando Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS).
Pada tanggal 30 April 1950, Kahar Muzakar me-
ngirim surat kepada pemerintah dan pimpinan
APRIS. Ia meminta agar semua anggota KGSS di-
masukkan dalam APRIS dengan nama Brigade
Hasanuddin.
Permintaan itu ditolak karena hanya
mereka yang lulus dalam penyaringan saja yang
dapat diterima dalam APRIS. Pem
erintah mengam-
bil kebijaksanaan untuk menyalurkan bekas geri-
lyawan ke dalam Korps Cadangan Nasional. Kahar
Muzakar sendiri diberi pangkat Letnan Kolonel.
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan peme-
rintah tampaknya akan membawa hasil. Akan teta-
pi, pada saat akan dilantik, Kahar Muzakar bersama
anak buahnya melarikan diri ke hutan dengan mem-
bawa berbagai peralatan yang diberikan. Peristiwa
itu terjadi pada tanggal 17 Agustus 1951. Pada bulan
Januari 1952, Kahar Muzakar menyatakan daerah
Sulawesi Selatan sebagai bagian dari Negara Islam
Indonesia di bawah pimpinan Kartosuwirjo.
Pemerintah memutuskan untuk mengambil
tindakan tegas dan mulai melancarkan operasi mi-
liter. Operasi penumpasan pemberontakan Kahar
Muzakar memakan waktu yang lama. Pada bulan
Februari 1965, Kahar Muzakar tewas dalam suatu
penyerbuan. Bulan Juli 1965,
Gerungan
(orang ke-
dua setelah Kahar Muzakar) dapat ditangkap. De-
ngan demikian, berakhirlah pemberontakan DI/TII.
E. Pemberontakan DI/TII di Aceh
Pemberontakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh
Tengku Daud Beureueh
. Pemberontakan meletus
karena kek
hawatiran akan kehilangan kedudukan
dan perasaan kecewa diturunkannya kedudukan
Aceh dari daerah istimewa menjadi karesidenan di
bawah provinsi Sumate ra Utara.
Semula Tengku Daud Beureueh adalah Guber-
nur Militer Daerah Istimewa Aceh. Ketika pada ta-
hun 1950 kedudukan Aceh diturunkan dari provinsi
menjadi karesidenan, Da ud Beureueh t idak puas
karena jabat
annya diturunkan. Pada tanggal 20 Sep-
tember 1953, Daud Beureueh mengeluarkan maklu-
mat yang menyatakan bahwa Aceh merupakan
negara bagian dari NII di bawah Kartosuwiryo.
Setelah itu, Tengku Daud Beureueh mengadakan
gerakan dan mempengaruhi rakyat m
elalui propa-
ganda bernada negatif terhadap pemerintah RI.
Untuk menghadapi gerakan itu, pemerintah
mengirim pasukan yang dilengkapi persenjataan
lengkap. Setelah beberapa tahun dikepung, baru
pada tanggal 21 Desember 1962 tercapailah
Musya-
warah Kerukunan Rakyat Aceh
. Banyak dari gerombol-
an itu yang kembali ke pangkuan RI. Dengan demiki-
an, pemberontakan DI/TII di Aceh dapat diselesaikan
dengan cara damai. Pemimpin dari gerakan ini pun
setuju untuk kembali ke pangkuan RI. Prakarsa pe-
nyelesaian di Aceh tersebut dipimpin oleh
Kolonel
M. Jasin
, Panglima Kodam I Iskandar Muda.
Gambar 6.2.7
Patroli pasukan polisi Brigade Mobil dalam melaksanakan
tugas pemulihan keamanan di Aceh Timur pada tahun 1954.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
225
6.2.3 Gerakan 30 September
1965/PKI
Di masa demokrasi terpimpin, PKI memperoleh
kesempatan yang besar untuk meraih cita- citanya.
PKI bercita-cita mengubah negara kesatuan yang
berdasarkan Pancasila dengan negara yang berideo-
logi komunis.
D.N. Aidit
sebagai pimpinan PKI men-
dukung konsep demokrasi terpimpin yang berpo -
roskan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom).
A. Tahap Persiapan
PKI melakukan berbagai kegiatan untuk mem -
peroleh simpati dan dukungan luas dari pemerintah
dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara
lain sebagai berikut.
Mengirim sukarelawan dalam konfrontasi de-
ngan Malaysia.
Melakukan “aksi sepihak” tahun 1963, teruta-
ma di Jawa, Bali dan Sumatera Utara dengan
membagikan tanah kepada petani.
Melakukan demonstrasi, menuntut kenaikan
upah di pabrik-pabrik, perusahaan, dan perke-
bunan.
Memberikan latihan politik dan militer kepada
anggota pemuda rakyat dan gerwani. PKI akhir-
nya menuntut pemerintah agar membentuk
angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh, petani,
dan nelayan yang dipersenjatai.
Menghancurkan lawan politiknya dengan jalan
mendukung pemerintah untuk membubarkan
Masyumi, Murba, Manikebu (Manifesto Kebu-
dayaan).
Menyebarkan isu tentang adanya Dewan Jen-
deral dalam Angkatan Darat yang akan meng-
ambil alih kekuasaan secara paksa dengan ban-
tuan Amerika Serikat. Tuduhan ini dibantah
oleh Angkatan Darat. Sebaliknya, Angkatan
Darat menuduh PKI yang akan melakukan
kudeta.
B. Tahap Pelaksanaan
Berita tentang semakin memburuknya kesehat-
an Presiden Soekarno menimbulkan ketegangan di
kalangan pemimpin politik nasional. Ketegangan
ini mencapai puncaknya pada pemberonta kan
tanggal 30 September 1965. Pada dini hari di peng-
hujung bulan September 1965 terjadi penculikan
dan pembunuhan terhadap para perwira Angkat-
an Darat yang dipimpin langsung oleh
Letkol Un-
tung
(Komandan Batalyon I Cakrabirawa). Operasi
itu dibantu oleh satu batalyon dari Divisi Dipo-
negoro, satu batalyon dari Divisi Brawijaya, dan
orang sipil dari pemuda rakyat.
Para perwira tinggi yang diculik dan dibunuh
adalah:
Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Pangli-
ma Angkatan Darat.
Mayor Jenderal R. Suprapto (Deputi II Pangad).
Mayor Jenderal M.T. Haryono (Deputi III Pangad).
Mayor Jenderal S. Parman (Asisten I Pangad).
Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan (Asisten IV
Pangad).
Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo (Inspek-
tur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Da-
rat).
Jenderal A.H. Nasution
yang menjadi sasaran
utama penculikan berhasil meloloskan diri. Akan
tetapi,
Ade Irma Suryani
(putrinya) tewas tertem-
bak para penculik
. Sementara itu,
Letnan Satu Piere
A. Tendean
(ajudan Jenderal Nasution) menjadi
sasaran penculikan. Aksi penculikan juga menewas-
kan
Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubu
n
(pengawal
rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena). Ru-
mah J. Leimena berdampingan dengan rumah A.H.
Nasution.
PKI sudah menguasai studio RRI Pusat dan ge-
dung telekomunik
asi. M elalui RRI, pada tanggal 1
Oktober 1965,
Letkol Untung
menyiarkan pengu-
muman tentang Gerakan 30 September yang ditu-
Gambar 6.2.9
Salah satu adegan dalam film G 30 S/PKI menggambarkan
penangkapan dan penculikan seorang jenderal yang
dilakukan pasukan Cakrabirawa.
sumber:
Indonesia in the Soeharto Years
Gambar 6.2.8
PKI unjuk kekuatan dengan mengumpulkan massa yang
banyak di stadion Senayan Jakarta pada saat merayakan
hari ulang tahun PKI.
sumber:
30 Tahun Indonesia Merdeka 1
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
226
jukan kepada jenderal-jenderal anggota Dewan Jen-
deral yang akan melakukan kudeta (perebutan keku-
asaan). Presiden Soekarno berangkat menuju Ban-
dara Halim Perdana Kusuma. Presiden Soekarno se-
gera mengeluarkan perintah aga r seluruh rakyat
Indonesia tetap tenang dan meningkatkan kewas-
padaan serta memelihara kesatuan dan persatuan
bangsa.
Sementara itu di Y ogyakarta, pemberontak G
30 S/PKI yang dipimpin Mayor Mulyono menculik
Kolonel Katamso
(Komandan Korem 072) dan
Let-
kol Sugiyono
(Kepala Staf). Kedua perwira itu di-
bunuh di asrama Batalyon L di Desa Kentungan (di
luar kota Yogyakarta).
C. Menumpas Gerakan 30 September
1965/PKI
Operasi penumpasan G 30 S/PKI dilancarkan
pada tanggal 1 Oktober 1965.
Mayor Jenderal Soe-
harto
yang menjabat Panglima Komando Strategis
Angkatan Darat (Kostrad) mengambil alih komando
Angkatan Darat karena Menteri Panglima Angkatan
Darat (Letjend Ahmad Yani)
belum diketahui nasib-
nya.
Panglima Kostrad memimpin operasi penum-
pasan terhadap G 30 S/PKI dengan menghimpun
pasukan lain, termasuk Divisi Siliwangi, Kavaleri,
dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan
Darat) di bawah pimpinan
Kolonel Sarwo Edhi
Wibowo
. Studio RRI pusat, gedung besar telekomu-
nikasi dapat direbut kembali. Operasi diarahkan
ke Halim Perdana Kusuma. Halim Perdana Kusuma
dapat dikuasai pasukan yang dipimpin oleh Kolo-
nel Sarwo Edhi Wibowo pada tanggal 2 Oktober
1965. Karena tidak ada dukungan dari masyarakat
dan anggota angkatan bersenjata lainnya, para pe-
mimpin dan tokoh pendukung G 30 S/PKI termasuk
pemimpin PKI D.N. Aidit melarikan diri.
Atas petunjuk Sukitman (seorang polisi), diketa-
hui bahwa perwira-perwira Angkatan Darat yang
diculik dan dibunuh telah dikuburkan/ditanam di
Lubang Buaya. Pada tanggal 3 Oktober 1965, dite-
mukan tempat kuburan para jenderal itu. Pengam-
bilan jenazah dilakukan pada tanggal 4 Oktober 1965
oleh RPKAD dan Marinir.
Seluruh jenderal korban G 30 S/PKI dibawa ke
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto
untuk dibersihkan dan disemayamkan di Markas
Besar Angkatan Darat. Keesokan harinya bertepat-
an dengan hari ulang tahun ABRI, 5 Oktober 1965
para jenasah dimakamkan di Taman Makam Pahla-
wan Kalibata. Mereka diberi gelar Pahlawan Re-
volusi.
Untuk mengikis habis sisa-sisa G 30 S/PKI dila-
kukan operasi-operasi penumpasan, yakni sebagai
berikut.
Operasi Merapi di Jawa Tengah dilakukan RP-
KAD dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibo-
wo.
Operasi Trisula di Blitar Selatan dilakukan Ko-
dam VIII/Brawijaya yang dipimpin Mayjen M.
Yasin dan Kolonel Witarmin.
Operasi Kikis di perbatasan Jaw a Tengah dan
Jawa Timur.
Dengan adanya operasi-operasi di atas, para
pemimpin/tokoh-tokoh PKI dapat ditangkap seka-
ligus ditembak mati. Operasi penumpasan itu me-
ngakibatkan kekuatan PKI dapat dilumpuhkan.
Sumber:
Indonesia in the Soeharto Years
Gambar 6.2.10
Jenazah para jenderal korban G 30 S/PKI dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan Kalibata. Mer eka diberi gelar
Pahlawan Revolusi.
Gambar 6.2.11
Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima
Kostrad memberikan keterangan kepada para wartawan
berkaitan dengan aksi G 30 S/PKI.
Sumber:
Indonesia in the Soeharto Years
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
227
Dalam rangka menyelesaikan Gerakan 30 Sep-
tember, pada tanggal 6 Oktober 1965 Presiden Soekar-
no mengadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora.
Dalam sidang tersebut Presiden Soekarno menyata -
kan sikapnya demikian:
“Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar
Revolusi, Bung Karno menandaskan bahwa mengutuk
pembunuh-pembunuh buas yang dilakukan oleh petu-
alang-petualang kontra revolusi dari apa yang menama-
kan diri Gerakan 30 September. Tidak membenarkan pem-
bentukan apa yang dinamakan Dewan Revolusi. Hanya
saya yang bisa mendemisioner kabinet dan bukan orang
lain.”
D. Kesatuan aksi dalam
menumbangkan Orde Lama
Aksi yang dilakukan oleh Gerakan 30 Septem-
ber segera mendapat perlawanan dan reaksi keras
dari masyarakat yang menemukan bukti keterli-
batan PKI dalam gerakan tersebut.
Akhir Oktober 1965, persatuan aksi yang di-
bentuk para mahasiswa, pelajar, dan berbagai or -
ganisasi lainnya menuntut pemerintah untuk mem-
bubarkan PKI dan organisasi pendukungnya. Peme-
rintah tidak segera menanggapi tuntutan masyara-
kat dan Nasakom tetap dijadikan prinsip kegiatan
politik nasional.
Kesatuan aksi pada tanggal 26 Oktober 1965
membentuk satu front, yaitu “Front Pancasila”. Ge-
lombang demonstrasi menuntut dibubarkannya
PKI di berbagai daerah. Hal itu menjurus ke arah
konflik politik yang mengakibatkan korban jiwa
yang besar di dalam masyarakat, terutama di Jawa,
Bali, dan Sumatera Utara.
Pada tanggal 10 Januari 1966, kesatuan aksi yang
tergabung dalam “Front Pancasila” melakukan de-
monstrasi di muka gedung DPR-GR. Mereka menga-
jukan tiga tuntutan hati nurani rakyat yang dikenal
dengan nama “Tritura” (Tiga Tuntutan Rakyat). Isi
Tritura adalah sebagai berikut .
Bubarkan PKI.
Bersihkan kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI.
Turunkan harga barang.
Aksi menentang PKI ditunjukkan saat pelantik-
an anggota Kabinet Dwikora yang disempurnakan
pada tanggal 24 Februari 1966. Para demonstran
menggelar aksi untuk menggagalkan peresmian
kabinet. Dalam bentrokan di depan Istana Merdeka,
seorang mahasiswa yang bernama
Arief Rachman
Hakim
gugur terkena tembakan resimen Cakrabi-
rawa. Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden Soe-
karno membubarkan Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI).
Gambar 6.2.12
Tank prajurit TNI melintas di sebuah jalan di daerah
Surakarta dalam rangka menumpas gerakan PKI pada
tahun 1965.
sumber:
Indonesia in the Soeharto Years
Gambar 6.2.14
Para mahasiswa mengadakan demonstrasi menyerukan
Tritura di jalan-jalan ibu kota Jakarta
sumber:
Indonesia in the Soeharto Years
Gambar 6.2.13
Nyono salah seorang anggota polit biro PKI sedang
menjalani persidangan. Ia adalah Ketua Komite Daerah
Jakarta Raya dan anggota DPR GR/MPRS.
Sumber:
Indonesia in the Soeharto Years
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
228
RANGKUMAN
1. Ancaman dan gangguan dapat merusak ha-
sil perjuangan bangsa Indonesia yang ber-
satu dan berdaulat. Ancaman ini tidak hanya
datang dari pihak luar , tetapi juga datang
dari dalam negeri.
2. Pemberontakan PKI Madiun terjadi pada bu-
lan September. Tokoh-tokoh yang mengge-
rakkan pemberontakan adalah Muso dan
Amir Syarifuddin.
3. Saat itu, Madiun berhasil dikuasai. Meski
demikian, operasi penumpasannya berhasil
Desember 1948.
4. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipim-
pin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo.
Pemberontakan dimulai dengan pernyataan
berdirinya Negara Islam Indonesia pada tang-
gal 4 Agustus 1949.
5. Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo ditang-
kap di Gunung Geber tahun 1962, lantas
dihukum mati.
6. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selat-
an dipimpin oleh Ibnu Hadjar pada bulan
Oktober 1950. Pasukannya dinamakan “Ke-
satuan Rakyat Tertindas”.
7. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
dipimpin oleh Kahar Muzakar . Pemberon-
takan dimulai pada bulan Agustus 1952 dan
berakhir pada bulan Juli 1965.
8. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dipim-
pin oleh Amir Fatah, Moh. Mahfudz Abdul
Rachman (Kyai Somalangu). Pemberontakan
dapat dihancurkan pada tahun 1954.
9. Pemberontakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh
Tengku Daud Beureueh. Pemberontakan di-
mulai pada tanggal 20 September 1953. Pem-
berontakan dapat dipatahkan pada tanggal
21 Desember 1962.
10. Pemberontakan di Aceh dimotori karena
perasaan kecewa diturunkannya keduduk-
an Aceh dari daerah istimewa menjadi ka-
residenan di bawah provinsi Sumatera Uta-
ra.
11. Salah satu peristiwa s ejarah penting yang
dialami bangsa Indonesia adalah Gerakan
30 September 1965, tragedi nasional yang di-
kenal sebagai G 30 S/PKI atau Gerakan 30
September (Gestapu). Pemberontakan dige-
rakkan oleh Letkol Untung dari Cakrabira-
wa.
12. Para perwira yang diculik dan dibunuh ada-
lah: Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jen-
deral R. Suprapto, Mayor Jenderal M. T. Har-
yono, Mayor Jenderal S. Parman, Brigadir
Jenderal D.I. Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo
Siswomiharjo, Letnan Satu Piere A. Tendean,
Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun. Sementara
itu di Yogyakarta yang menjadi korban adalah
Kolonel Katamso dan Letkol Sugiyono.
13. Operasi penumpasan Gerakan 30 Septem-
ber 1965/PKI segera dilakukan dengan
Mayjen Soeharto sebagai komando Angkat-
an Darat.
14. Akhir Oktober 1965, persatuan aksi menun-
tut pemerintah membubarkan PKI dan
segala pendukungnya. Rakyat menuntut
Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi:
(a) bubarkan PKI, (b) bersihkan kabinet dari
unsur PKI, (c) turunkan harga barang.
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
229
I. Jawablah “B” jika pernyataan BENAR
dan “S” jika pernyataan SALAH!
1. Pemberontakan DI/TII di Aceh disebabkan
oleh rasa kekecewaan warga Aceh karena di-
turunkannya kedudukan Aceh dari Daerah
Istimewa menjadi karesidenan di bawah
provinsi Sumatera Utara.
2. Salah satu tiga tuntutan raky at dalam Tri-
tura adalah untuk membubarkan PKI.
II. Salinlah di buku tugasmu dan lengkapi
dengan jawaban yang tepat!
1. Pemimpin pemberontakan PKI di Madiun
adalah ... .
2. PKI mengumumkan terbentuknya pemerin-
tah baru di Madiun pada tanggal ... .
3. Pemimpin pemberontakan DI/TII di Jawa Ba-
rat adalah ... .
4. Pemberontakan DI/TII di Aceh pada tahun
1953 dipimpin oleh ... .
5. Kahar Muzakar menyatakan daerah Sulawe-
si Selatan sebagai bagian dari Negara Islam
Indonesia pada bulan ... .
6. Pemberontakan PKI pada tahun 1965 terke-
nal dengan sebutan ... .
7. Panglima Kostrad yang memimpin operasi
penumpasan terhadap G 30 S/PKI adalah ... .
8. Jenazah para jenderal korban G 30 S/PKI di-
temukan di ... .
9. Tempat pembuangan jenazah para jenderal
korban G 30 S/PKI diketemukan berkat infor-
masi dari ... .
10. Yang termasuk pahlawan revolusi adalah ... .
III.J awablah dengan singkat dan tepat!
1. Mengapa PKI melancarkan pemberontakan
pada tanggal 8 September 1948? Jelaskan!
2. Apa yang kamu ketahui tentang Pemberon-
takan DI/TII di Aceh? Berilah penjelasan se-
lengkap mungkin!
3. Bagaimana cara PKI memperoleh simpati
dan dukungan luas dari pemerintah dan ma-
syarakat?
4. Siapakah Letkol Untung yang terkenal da-
lam Gerakan 30 September 1965?
5. Apa saja isi dari Tritura?
6. Bagaimana reaksi masyarakat yang mene-
mukan bukti keterlibatan PKI dalam Gerak-
an 30 September 1965?
UJI KOMPETENSI DASAR
7. Berilah penjelasan tentang pemberontakan
yang dilakukan Ibnu Hadjar di Kalimantan
Selatan!
8. Adakah persamaan dan perbedaan pembe-
rontakan PKI pada tahun 1948 dan pembe-
rontakan PKI tahun 1965?
IV. Studi Kasus
Bacalah baik-baik artikel di bawah ini dan jawablah perta-
nyaan-pertanyaan yang diberikan!
“KAMI INGIN BERTANYA...”
Wajah ke-60 perempuan itu telah dipenuhi ke-
riput. Tak sulit menangkap keletihannya. Tetapi juga
tak sulit menangkap semangat pantang menyerah
dari pancaran mata mereka. Para perempuan sepuh
dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur itu
berada di Jakarta untuk menemui Komisi III Bidang
Hukum, Perundang-undangan dan Hak Asasi Manu-
sia DPR, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, dan
untuk kedua kalinya secara formal menemui Komisi
Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Kom-
nas Perempuan).
Para perempuan itu adalah wakil korban peristiwa
tahun 195. Mereka mengalami penyiksaan dan dike-
nai sejumlah tuduhan y ang tak pernah d ibuktikan di
pengadilan. Stigma sebagai “perempuan amoral”,
“tak ber-Tuhan”, “bahaya laten”, stigma khusus bagi
Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani), organisasi pe-
rempuan yang selalu dikaitkan dengan PKI, tak per-
nah diklarifikasi. Stigma yang diciptakan oleh suatu
rezim itu lantas seperti menjadi bagian dari tubuh.
Mereka memiliki fakta bahwa sebagian anggota
masyarakat sipil yang melakukan kekerasan setelah
malam tanggal 30 S eptember 1965 itu mengalami
teror dan intimidasi dari penguasa militer untuk mem-
bunuh atau dibunuh. Oleh karena itu, mereka meng-
akui usaha Syarikat (Masyarakat santri untuk Advokasi
Rakyat) Indonesia mempertemukan mereka dengan
masyarakat lainnya menjadi penting untuk memba-
ngun proses klarifikasi atas Tragedi 1965. Hasil klari-
fikasi itu menjadi pijakan untuk mendorong negara
bertanggung jawab.
Para relawan Syarikat Indonesia adalah saksi yang
sering secara tak terduga menemukan fakta-fakta
yang melibatkan keluarga terdekat mereka. Upaya
rekonsiliasi dengan korban kerapkali menjadi upaya
rekonsiliasi dengan diri sendiri. Namun dalam per-
kembangannya, proses rek onsiliasi kultural itu
mengalami intimidasi dan teror dari aparat keamanan
maupun kelompok- kelompok p aramiliter.
Situasinya kembali sesak,
setback
,” ujar Imam
Azis dari Syarikat Indonesia. Pertemuan sesama kor-
ban selalu diawasi, b ahkan dibubarkan kalau sudah
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
230
agak formal. Rumekso Setiadi dari Syarikat Indonesia
pernah dikejar-kejar ketua RT ketika sedang menyia-
pkan acara terkait dengan upaya rekonsiliasi tersebut.
Agung Putri dari Lingkar Tutur Perempuan, dalam di-
alog nasional yang diselenggarakan Komnas Perem-
puan mengenai perempuan pem
bela hak- hak asasi
manusia, mengatakan, perem-
puan aktivis yang mela-
kukan advokasi terkait de-ngan peristiwa 1965 men-
dapat julukan “Gerwani muda” dengan stigma-stig-
manya.
Tanpa UU KKR, lalu apa?
Pada tahun 2000, se sungguhnya pernah ditetapkan
Ketetapan MPR Nomor V, Tahun 2000 mengenai Per-
satuan dan Kesatuan Nasional. Hal ini ditindaklanjuti
DPR dengan menyusun suatu mekanisme penyele-
saian pelanggaran hak-hak asasi manusia di masa
lalu, melalui UU No 27/2004 tentang Komisi Kebenar-
an dan Rekonsiliasi (KKR).
Dua produk kebijakan itu membuka ruang bagi
mereka untuk menyuarakan kekerasan yang pernah
dialami. Namun, kelegaan itu tak berumur panjang.
UU KKR dica but oleh Mahkamah Konstitusi pada
awal Desember 2006 dengan alasan bertentangan
dengan konstitusi. Oleh karena itu, mereka memper-
tanyakan langkah dan kebijakan apa yang telah dan
akan dilakukan Parlemen dalam memperjuangkan pe-
menuhan tanggung jawab negara atas Tragedi 65
sebagai bagian pelanggaran HAM masa lalu.
Sejarawan
Dr Baskara T Wardaya
dari Pusat seja-
rah dan Etika Politik Universitas Sanata Dharma, Yog-
yakarta, yang dihubungi Jumat (9/2), mengatakan,
perjuangan korban bukan untuk balas dendam atau
meminta kompensasi finansial. “Mereka hanya butuh
pengakuan atas apa yang terjadi di masa lalu,” ujar-
nya. Keengganan mengakui pelanggaran hak-hak
asasi manusia berat di masa lalu, menurut Baskara,
banyak terkait dengan berbagai kepentingan khusus-
nya posisi politik. Perjuangan merebut pengakuan
itu tampaknya akan semakin berat. Seruan korban
“Kami Ingin Bertanya...” barangkali untuk bertahun-
tahun ke depan akan tinggal sebagai seruan tanpa
jawaban.
Disarikan dari: “
Kami Ingin Bertanya...
” oleh:
Maria Hartiningsih pada
Harian Kompas, Senin,
12 Februari 2007.
A. Menjawab Pertanyaan
1. Cerita dan tuliskan ulang secara singkat isi
artikel di atas!
2. Bagaimanakah pendapatmu mengenai isi
artikel di atas?
3. Apa yang dimaksud dengan stigma?
4. Mengapa, menurutmu, setiap upaya untuk
rekonsiliasi (pemulihan hubungan) selalu
digagalkan? Jelaskan!
5. Apakah Gerwani itu? Jelaskan!
6. Mengapa UU KKR ditolak Mahkamah Kon-
stitusi?
7. Apakah menurutmu yang dimaksud de-
ngan “mereka butuh pengakuan atas apa
yang terjadi di masa lalu” (paragraf ter-
akhir)?
8. Apakah kamu setuju/tidak setuju dengan
artikel di atas? Jelaskan!
V. Refleksi
Pemberontakan G 30 S/PKI tahun 1965 sungguh-
sungguh merupakan sebuah tragedi nasional. Apa
yang kamu rasakan sekiranya kamu hidup pada
masa pemberontakan itu, di mana ayahmu dituduh
anggota PKI dan dijemput paksa dari rumah? Apa
yang akan kamu lakukan ketika mengetahui bahwa
ayahmu tidak akan kamu temukan lagi? Apa yang
akan kamu lakukan selanjutnya?
Kamu sekarang hidup di zaman di mana perbedaan
ideologi menjadi hal yang wajar, meskipun PKI
tidak pernah akan diakui keberadaannya di
Indonesia. Apa yang akan terjadi seandainya suatu
waktu nanti PKI kembali berkuasa di Indonesia?
Apakah keadaan sosial dan politik akan menjadi
lebih baik?
Bab 6 Usaha Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
231
UJI STUJI ST
UJI STUJI ST
UJI ST
ANDAR K
ANDAR K
ANDAR K
ANDAR K
ANDAR K
OMPETENSI
OMPETENSI
OMPETENSI
OMPETENSI
OMPETENSI
I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Masalah Irian Barat dibawa pemerintah ke
sidang Majelis Umum PBB pada tahun ... .
a. 1953
c. 1955
b. 1954
d. 1956
2. Indonesia pernah memutuskan hubungan
diplomatik dengan Belanda pada masa Orde
Lama, yakni pada tahun ... .
a. 1957
c. 1961
b. 1960
d. 1963
3. Presiden Soekarno membacakan pidato b er-
judul “Membangun Dunia Kembali” di ...
a. Sidang Umum PBB
b. MPRS
c. Konferensi Asia Afrika
d. Konferensi Meja Bundar
4. Kedatangan A.H Nasution ke Moskow, Rusia
pada tahun 1960 adalah dalam rangka ... .
a. meminta bantuan pasukan
b. membeli senjata
c. mencari dukungan
d. menjalin hubungan diplomatik
5. Panglima Mandala dalam pembebasan Irian
Barat adalah ... .
a. Ahmad Yani
c. Soeharto
b. A.H Nasution
d. Soekarno
6. Negara yang tidak termasuk dalam pemerin-
tahan sementara PBB di Irian Barat adalah ... .
a. Amerika Serikat
c. Inggris
b. Belgia
d. Australia
7. Deputi KSAL Yos Sudarso gugur dalam per -
tempuran di perairan Laut... .
a. Sawu
c. Jawa
b. Aru
d. Timor
8. Operasi dalam fase eksploitasi adalah ... .
a. memasukkan militer atau tentara ke daerah
bebas de facto
b. mengadakan kekuasaan RI secara mutlak
di seluruh Irian Barat
c. mengadakan perundingan dengan pihak
pasukan lawan
d. mengadakan serangan terbuka terhadap
induk pasukan lawan
9. Irian Barat secara resmi kembali ke wilayah
negara Indonesia pada tanggal... .
a. 1 Mei 1963
c. 3 Mei 1963
b. 2 Mei 1963
d. 4 Mei 1963
10. Brigadir Jenderal yang dilantik menjadi Pang-
lima Mandala yang dilantik pada tanggal 13
Januari 1962 adalah ...
a. Soepomo
b. Achmad Wiranatakusumah
c. Soeharto
d. I Dewanto
11. Di bawah ini yang merupakan salah satu isi
Trikora adalah ... .
a. hentikan neokolonialisme di Malaysia
b. turunkan harga
c. kibarkan bendera Merah Putih di Irian
Barat
d. Siapkan Panglima Mandala
12. Kekuasaan Belanda atas Irian Barat berakhir
pada tanggal ... .
a. 23 September 1962
b. 1 Oktober 1962
c. 23 Oktober 1962
d. 1 November 1962
13. Pemimpin pemberontakan PKI di Madiun ada-
lah ... .
a. Tan Malaka
c. Muso
b. Sutan Syahrir
d. D.N. Aidit
14. PKI mengumumkan pembentukan pemerin-
tahan baru di Madiun pada tanggal ... .
a. 11 September 1948
b. 15 September 1948
c. 17 September 1948
d. 20 September 1948
15. Front Demokrasi Rakyat dipimpin oleh ... .
a. Sutan Syahrir
c. Muso
b. Amir Syarifuddin d. D. N Aidit
16. Pemberontakan DI/TII di Aceh pada tahun 1953
dipimpin oleh... .
a. Amir Fatah
c. Daud Beureuh
b. Tengku Hasan Tiro d. Kahar Muzakar
17. DI/TII di bawah Kartosuwiryo berhasil ditum-
pas pada tahun ... .
a. 1956
c. 1965
b. 1962
d. 1967
18. PKI mendukung demokrasi terpimpin yang
berporoskan ... .
a. Nasakom
c. Pancasila
b. Islam
d. Tentara
19. Salah satu penyebab terjadinya pemberontak-
an DI/TII di Aceh adalah ... .
a. ingin menjalin hubungan dagang dengan
Belanda
b. diturunkannya Aceh dari daerah istimewa
menjadi karesidenan
c. mendukung poros nasionalisme, agama
dan komunisme
d. khawatir pengaruh PKI akan meluas hingga
ke Aceh
20. Ibnu Hadjar adalah pemberontak di Kaliman-
tan yang membuat pasukan bernama ... .
a. Kesatuan Rakyat yang Tertindas
b. Angkatan Umat Islam
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX
232
c. Pasukan Tuntutan Rakyat
d. Angkatan Umat Tertindas
21. Penculikan dan pembunuhan perwira angkat-
an darat pada September 1965 dipimpin oleh
... .
a. Letjen Ahmad Yani
b. D.N. Aidit
c. Letkol Untung
d. Tengku Daud Beureueh
22. Di bawah ini perwira tinggi yang berhasil
selamat dari peristiwa G 30 S/PKI adalah ... .
a. Letjen Ahmad Yani
b. Mayjen M.T Haryono
c. Jenderal A.H Nasution
d. Mayjen S. Parman
23. Front yang terbentuk tanggal 26 Oktober 1965
yang bertujuan untuk membubarkan PKI ada-
lah Front...
a. Merdeka
c. Pancasila
b. Indonesia
d.
24. Yang termasuk dalam tuntutan Tritura adalah
... .
a. hilangkan nekolim dari nusantara
b. bubarkan PKI
c. ganyang Malaysia
d. Kembalikan Irian Barat
25. KAMI adalah singkatan dari ... .
a. Kesatuan Aksi Muslim Indonesia
b. Kesatuan Anti Mahasiswa Indonesia
c. Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
d. Kesatuan Aksi Masyarkat Indonesia
II. Jawablah dengan singkat dan tepat!
1. Mengapa Front Demokrasi Rakyat dilarang?
2. Siapakah Arif Rachman Hakim?
3. Paham apa yang dianut oleh DI/TII?
4. Mengapa Irian Barat adalah bagian dari Indo-
nesia? Jelaskan!
5. Ceritakan yang kamu ketahui tentang peme-
rintahan sementara PBB di Irian Barat!
6. Jelaskan apa isi dari Tritura!
7. Apakah yang dimaksud dengan Perjanjian
New York?
8. Jelaskan perjuangan diplomasi yang dilakukan
oleh Indonesia untuk menge mbalikan Irian
Barat!
9. Apa sajakah langkah operasi pembebasan
Irian Barat yang dilakukan oleh Komando
Mandala!
10. Siapakah Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo
itu?
11. Siapakah Ade Irma Suryani?
12. Sebutkan beberapa kegiatan PKI yang dilaku-
kan untuk meraih simpati masyarakat!
13. Sebutkan peran Mayjen Soeharto dalam
penumpasan Gerakan 30 September 1965/PKI!
14. Ceritakanlah tentang pertempuran yang me-
newaskan Komodor Yos Sudarson!